PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pertandingan olahraga
apapun pasti ada yang menang dan ada yang kalah, sebelumnya ada orang atau tim
yang bertanding dalam memperebutkan kemenangan tersebut. Seseorang atau tim
yang memenangkan pertandingan itu akan memperoleh penghargaan, dan menjadi
kebanggaan bagi pendukungnya. Sedangkan yang kalah harus pulang dan
mengecewakan pendukungnya. Dari cerita tersebut dapat kita uraikan bahwa
pertandingan olahraga bisa dikatakan seperti peperangan, pertandingan itu mempertemukan
dan mempertandingan dua kubu yang berbeda. Masing – masing akan mencari
kemenangan dalam kubunya, pada tiap kubu selalu menggunakan strategi dan
taktiknya masing – masing untuk mencapai kemenangan. Pertandingan itu ditonton
oleh peminat olahraga tersebut dan para pendukung masing – masing kubu. Tiap
pendukung selalu mendukung tim atau jagoannya. Sehingga pertandingan akan
berjalan dengan seru.
Pada saat salah satu tim itu
memenangkan partandingan, maka tim tersebut dianggap sudah memenangkan peperangan,
karena tim tersebut mewakili salah satu pihak atau Negara maka tim tersebut
dianggap sebagai penyelamat yang telah berjuang demi negaranya dan dari situlah
para pemain atau salah satu pemain dianggap pahlawan bagi pendukungnya. Maka
dari itu dalam penulisan makalah ini akan dibahas mengenai seorang pahlawan
dalam olahraga.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas,
dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
- Apakah definisi Kepahlawanan?
- Apakah definisi Olahraga?
- Bagaimana sosok profil pahlawan olahraga (Ferry Sonneville)?
C.
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas,
dapat ditarik suatu tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
- Mengetahui definisi Kepahlawanan?
- Mengetahui definisi Olahraga?
- Mengetahui sosok profil pahlawan olahraga (Ferry Sonneville)?
PEMBAHASAN
A. Kepahlawanan
Ini
seseorang dapat disebut sebagai pahlawan
apabila dia dengan segenap keikhlasan berkorban
berusaha mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik. Dari definisi ini,
kita melihat ada dua kata kunci, yang pertama yaitu keikhlasan berkorban dan
yang kedua mengubah keadaan menjadi lebih baik. Dari kedua kunci ini, arti
pahlawan menjadi lebih luas sehingga setiap orang bisa disebut pahlawan.
Kata kunci
dalam kepahlawanan antara lain, pertama keikhlasan berkorban mencakup beberapa
hal. Pengorbanan seorang pahlawan tidak selalu identik dengan pengorbanan harta
atau nyawa yang dilakukan oleh para pahlawan perjuangan kita mewujudkan
kehidupan bangsa yang lebih baik yaitu kehidupan yang merdeka. Seorang pelajar
yang giat belajar saja sudah dapat disebut sebagai pahlawan karena dia telah
berkorban waktu keluar dari zona kenyamanan dia untuk bersantai-santai dan
bermain ke zona ketidaknyamanan mengerutkan kening mempelajari setiap
pelajaran. Seorang pelajar yang giat belajar tersebut juga berusaha mengubah
keadaan menjadi lebih baik karena dengan belajar karena dengan ilmunya kelak
dia dapat mengubah takdir dirinya, keluarganya, bahkan bangsanya menjadi lebih
baik.
Seorang jaksa juga
bisa disebut sebagai pahlawan apabila dia menolak disuap untuk memenangkan
suatu perkara peradilan. Sebaliknya dia akan disebut sebagai pengkhianat apabila
menerima suap tersebut. Bukan perkara mudah untuk menolak suatu suap. Butuh
iman yang sangat kuat untuk menolak uang miliaran rupiah yang besarnya jauh
berkali-kali lipat dari gaji yang diterima tiap bulan. Dengan penuh ketekadan
untuk selalu berbuat adil dan menganggap suap adalah perbuatan yang merugikan
banyak orang. Dengan begitu mudahnya seseorang menjadi seorang pahlawan ini
hendaknya menjadikan setiap elemen bangsa kita berlomba -lomba untuk menjadi
seorang pahlawan.
Jadi dapat
disimpulkan Pahlawan adalah seorang yang dengan segenap keikhlasan hati
berkorban berusaha mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik.
B. Definisi Olahraga
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah
gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau
rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk
mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam
olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).
Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses
sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong
mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan,
perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward
(1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang
lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari
rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak
baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh
keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport;
permainan yang dilembagakan.
Arti olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh
seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan untuk
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
C.
Pahlawan Olahraga (Ferry
Sonneville)
Seseorang dapat
dikatakan sebagai pahlawan dalam olahraga jika orang tersebut dapat menjunjung
tinggi nama klub ataupun Negara yang dibelanya dengan pencapaian prestasi yang
setinggi-tingginya. Selain itu seseorang dpat dikatakan sebagai pahlawan jika
orang tersebut sudah mendapat pengakuan dari masyarakat atas jasanya.
Ferry Sonneville, ‘pahlawan’
tiga kali meraih Piala Thomas Pebulu
tangkis Indonesia di era 1950 hingga 1960-an ini pantas disebut sebagai
pahlawan olahraga Indonesia. Pria kelahiran Jakarta 3 Januari 1931 ini, gigih
berjuang demi kejayaan olahraga Indonesia. Ia ikut mendirikan PB PBSI (1951),
ikut mendirikan KONI (1966), Ketua Umum KONI (1970), anggota Pengurus Asian
Games Federation Council (1970), Chef de Mission kontingen Indonesia ke
olimpiade (1971), Presiden International Federation Badminton/IBF (1971-1974),
dan Ketua Umum PBSI (1981-1985).
Semasa mudanya, bahkan
ia rela mengorbankan kuliahnya di Amerika untuk memperkuat tim Indonesia meraih
Piala Thomas pertama kali pada 1958. Ia ikut berjuang dan berjaya merebut dan
mempertahankan Piala Thomas tiga kali berturut-turut 1958, 1961 dan 1964. Ia
menjadi Kapten bermain/Pelatih Indonesia (1958, 1961 dan 1964).
Pada saat merebut Piala
Thomas pertama kali, Tim Indonesia yang diperkuat Ferry Sonneville, Tan Joe
Hok, Eddy Yoesoef, Nyoo Kim Bie, Tan King Gwan, Lie Po Djian, dan Olich Solihin
tampil menggemparkan ketika membabat sang juara bertahan
Malaya, 6-3 di final. Selain dalam beregu, Ferry yang memiliki rambut putih
sejak usia 19 tahun, itu juga mengukir prestasi di nomor perseorangan, dengan
menjuarai Belanda Terbuka (1955-1961), Glasgow (1957), Prancis Terbuka
(1959-1960), Kanada (1962), serta runner up All England (1959) dikalahkan Tan Joe Hok
di final.
Kesenangannya
pada dunia olahraga mengalir dari darah kedua orang tuanya. Ayahnya, Dirk Jan
Sonneville adalah jago olah raga tenis sebelum Perang Dunia II. Ibunya, Leonij
Elisabeth Hubeek adalah juara bulu tangkis antara tahun 1935-1945. Ia seorang tokoh
olahraga Indonesia yang hidupnya lengkap. Selain hebat sebagai pemain bulu
tangkis, juga sukses di bidang studinya, gemilang ketika memegang pucuk
pemimpin organisasi olahraga, pemimpin akademi, maupun pemimpin organisasi
pengusaha. Ferry
yang terlahir dengan nama Ferdinand Alexander Sonneville, ini tidak hanya andal
sebagai pemain, Ferry juga andal dalam berorganisasi. Ia orang Indonesia
pertama menjabat Presiden Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) untuk tiga
kali masa jabatan tahun 1972-1975. bahkan di dalam negeri, Ferry bersama
Sudirman, Ramli Rikin, Sumantri, dan kawan-kawan, yang mendirikan Persatuan
Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) tahun 1951. Kemudian, ia menjabat Ketua Umum
PB PBSI periode 1981-1985.
Alumni Erasmus
University, Belanda, ini saat menjabat Ketua Umum PBSI dikenal sebagai pemimpin
yang sangat akomodatif dan mampu melakukan pendekatan-pendekatan personal
kepada para pemain. Setidaknya hal ini tercermin dari pengakuan Icuk Sugiarto,
juara dunia bulu tangkis 1983. Icuk mengatakan, "Beliau selain bertindak
sebagai ketua umum, juga mampu bertindak sebagai bapak. Beliaulah yang
mengantarkan saya menjadi juara dunia 1983." Ferry yang dikenal sebagai
seorang yang ulet dan suka tantangan ini juga aktif dan sukses di semua bidang
yang didumulinya. Saat Ferry menjadi karyawan Bank Indonesia di Amsterdam
(1964), ia merintis lahirnya International Governmental Group on Indonesia
(IGGI). Ketika itu, ia mengusulkan kepada Pemerintah RI untuk mengundang Prof
Jan Tinbergen, ekonom kondang Belanda dengan reputasi internasional.
Di bidang usaha,
Ferry sempat pula membangun perusahan di bidang pariwisata yakni, Vayatour.
Perusahaan itu didirikan pertama kali oleh kakak beradik dr. Hoksono Haditono
dan (alm) Prakasito Hadisusanto. Perusahaan ini didirikan dengan maksud
mendukung animo masyarakat yang pada waktu itu sangat antusias pada tim
bulutangkis Indonesia. Usaha utama yang dilakukan saat itu adalah menangani
acara perjalanan ke luar negeri dalam kaitannya menampung animo pendukung tim
bulutangkis Indonesia. Di
bidang usaha properti, ia juga sukses. Ia ikut terlibat di berbagai perusahaan
yang membangun perumahan, kawasan komersial, perkantoran, pengembangan industi
dan pusat rekreasi. Dia adalah Chairman Executive Board pada PT. Lippo
Cikarang, yang mengembangkan kota baru di Cikarang, Bekasi. Ia juga pemilik
perusahaan PT. Ferry Sonneville & Co yang antara lain mengembangkan
perumahan Feery Sonneville di Bukit Sentul. Ia pernah menjabat Ketua Umum DPP
Realestat Indonesia (REI) periode 1986-1989, dan Presiden dan Anggota Executive
Committee Federasi Realestat Internasional (FIABCI) sejak 1989.
Pada tahun
terakhir, pemegang bintang jasa kelas III dari Presiden (pertama) Bung Karno
(1964), ini berniat menulis buku otobiografinya, tetapi tak kesampaian."
Menurut Cynthia Givendolyn (45), anak bungsu dari tiga anak almarhum, di
sela-sela menerima pelayat di rumah duka, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Slipi,
Jakarta Barat, 20/11/03, penulisan buku itu mudah-mudah dapat mereka lanjutkan. Ferry adalah sosok
manusia bersahaja yang bergaul secara global. Ia sembilan tahun menetap di
Rotterdam, Belanda, sejak tahun 1955. “Ia berdarah Belanda, Cina, dan
Indonesia, tetapi nasionalismenya tak diragukan.," kata Tan Joe Hok,
pebulu tangkis Indonesia pertama menjuarai turnamen paling bergengsi di bulu
tangkis dunia, All England, tahun 1959, dengan mengalahkan Ferry Sonneville di
final. Ferry menikah dengan
Yvonne Theresia de Wit September 1954, dan dikaruniai tiga anak. Pada akhir
hayatnya, ia mempunyai dua cucu dari anak keduanya, Genia Theresia, yang kini
bermukim di Hongkong. Anak sulungnya, Ferdinand Rudy, sudah terlebih dulu
meninggal di London, Inggris, tahun 1976, ketika masih berusia 21 tahun.
Ia dididik dalam
keluarga bersahaja dan mandiri. Lingkungan keluarga ini membentuknya memiliki
kemandirian dan kegigihan berusaha. Karier olahraga dimulai bukan pada bulu
tangkis, melainkan olahraga bela diri Jiujitsu. Bahkan ia sempat mejadi pelatih
olahraga tersebut pada 1949-1955 dan sempat menjadi orang yang turut membangun
Persatuan Judo Seluruh Indonesia. Anak didiknya di antaranya adalah Faisal
Abda'oe (mantan Dirut Pertamina), Marsekal R. Oetomo (Mantan KSAU), dan Ahmad
Bakrie (pendiri Bakrie & Brothers). Ketika perkembangan bulutangkis di
Indonesia mulai bangkit pada tahun tersebut, ia pun ikut bergabung. Setelah lulus dari
sekolah di Jakarta, ia melanjutkan studi ke sekolah ekonomi Erasmus University
di Rotterdam, Belanda. (1955-1965) dan sempat bekerja di Bank Indonesia cabang
Rotterdam. Kendati sudah bekerja, Ferry tidak sepenuhnya meninggalkan dunia
bulutangkis. Bahkan pimpinan di kantornya malah menyuruh Ferry berlatih
bulutangkis dan bergabung dalam tim Piala Thomas Indonesia.
Di bidang
pendidikan ia adalah Perintis Yayasan Trisakti mewakili Lembaga Pembinaan
Kesatuan Bangsa (LPKB), pendiri Himpunan Pembina Perguruan Tinggi Swasta
(HIPPERTIS), pendiri Asosiasi Perguruan Tinggi Katholik Indoneisa (APTIK),
Warga Utama dan Anggota Yayasan Atma Jaya, Anggota Yayasan Fatmawati, Anggota
Yayasan Bhakti Medika dan Anggota berbagai lembaga kesejahteraan sosial seperti
Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC), Yayasan Gedung Arsip Nasional, Forum Indonesia
Nederland (FINED), dll. Di
dunia internasional dia juga dikenal ketokohannya antara lain sebagai Presiden
FIABCI (1995-1996), Presiden International Badminton Federation (1971-1974) dan
Chairman Advisory Council of International Executive Corps for Indonesia
(1981-1997).
Pemerintah
Indonesia menghargai semua karya dan jasa kepada bangsa dan negara itu antara
lain dalam bentuk penganugerahan Satya Lencana Kebudayaan (1961), Tanda Jasa
Bintang RI Kelas II (1964). Dari masyarakat internasional dia menerima
”Knighthood” dari Gereja Katolik Roma (1972) dan FIABCI Medal of Honour,
Melbourne (1988).
Dari
sejarah Ferry diatas, terlihat jelas bahwa Ferry telah menjunjung tinggi harkat
dan martabat bangsa dengan prestasi yang diraihnya, dan juga telah diakui oleh
masyarakat jika beliau memang besar jasanya bagi bangsa dan Negara. Oleh sebab
itu Ferry telah memenuhi kriteria untuk mendapatkan gelar “pahlawan olahraga”.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pahlawan adalah
seorang yang dengan segenap keikhlasan hati berkorban berusaha mengubah suatu
keadaan menjadi lebih baik. Aktivitas untuk melatih
tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan
untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya
Dalam
pertandingan olahraga seseorang pemain bisa saja disebut sebagai pahlawan,
apabila dia bisa memenangkan pertandingan tersebut dengan usaha dan pengorbanan
sendiri serta memperoleh pencapaian hasil yang meksimal (juara).
B. SARAN
Untuk pemerintah diharapkan lebih memperhatikan nasib dari
pahlawan olahraga setelah mereka pension dari dunia oahraga, karena banyak
sekali nasib-nasib pahlawan olahraga Indonesia yang sangat memprihatinkan
dikala mereka pensiun dari dunia yang digeluti sebelumnya. Salah satu contohnya
adaa Ellias Picall pahlawan olahraga Indonesia dibidang tinju yang pernah
meraih juara dunia kelas bulu, sekarang tertangkap polisi karena menjadi
pengedar narkoba. Parahnya profesi yang dijalani sekarang itu dilatar belakangi
oleh rumahnya yang disita oleh pihak pengadilan karena terbelit masalah hutang.
Potret yang demikian hendaknya perlu diperhatikan oleh pemerintah agar atlet
yang pernah menjadi “pahlawan” terjamin hidupnya pada masa tua kelaknya.
DAFTAR RUJUKAN
-------. 2006. Pahlawan Olahraga
dari Bumi Indonsia. (Online), (http://anak-negeri.blogspot.com/2006/12/pahlawan-olahraga-dari-bumi-indonesia.html, diakses pada 03 April 2009).
-------. 2009. Pahlawan Olahraga
Indonesia. (Online), (http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/f/ferry-sonneville/index.shtml, diakses pada 03 April 2009).
Dwicahyo. 2008. Penjas, Olahraga, atau Bermain Ya?. (Online), (http://onopirododo.wordpress.com/2008/11/14/pendidikan-jasmani-olahraga-atau-bermain-ya/, diakses pada 03April 2009).
Rakhim, Angga Aulia. 2007. Definisi Olahraga??. (Online), (http://anggaauliarachim.wordpress.com/2007/10/24/23/, diakses pada 03 April 2009).
Sismoro, Heri. 2007. Kepahlawanan.
(Online), (http://jurnalistik.amikom.info/?p=66, diakses pada 03 April 2009).
4 komentar:
lanjutkan....
latarx kok jelek ya..tapi kalo puguuuuuuuh buatin untuk saya pasti punya puguh jdi bagus...
hahahahahah wani piro?????
enak,,,,
Posting Komentar