header

Selasa, 04 Desember 2012

Kepahlawanan dalam Olahraga (Ferry Sonneville)

|


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam pertandingan olahraga apapun pasti ada yang menang dan ada yang kalah, sebelumnya ada orang atau tim yang bertanding dalam memperebutkan kemenangan tersebut. Seseorang atau tim yang memenangkan pertandingan itu akan memperoleh penghargaan, dan menjadi kebanggaan bagi pendukungnya. Sedangkan yang kalah harus pulang dan mengecewakan pendukungnya. Dari cerita tersebut dapat kita uraikan bahwa pertandingan olahraga bisa dikatakan seperti peperangan, pertandingan itu mempertemukan dan mempertandingan dua kubu yang berbeda. Masing – masing akan mencari kemenangan dalam kubunya, pada tiap kubu selalu menggunakan strategi dan taktiknya masing – masing untuk mencapai kemenangan. Pertandingan itu ditonton oleh peminat olahraga tersebut dan para pendukung masing – masing kubu. Tiap pendukung selalu mendukung tim atau jagoannya. Sehingga pertandingan akan berjalan dengan seru.
Pada saat salah satu tim itu memenangkan partandingan, maka tim tersebut dianggap sudah memenangkan peperangan, karena tim tersebut mewakili salah satu pihak atau Negara maka tim tersebut dianggap sebagai penyelamat yang telah berjuang demi negaranya dan dari situlah para pemain atau salah satu pemain dianggap pahlawan bagi pendukungnya. Maka dari itu dalam penulisan makalah ini akan dibahas mengenai seorang pahlawan dalam olahraga.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apakah definisi Kepahlawanan?
  2. Apakah definisi Olahraga?
  3. Bagaimana sosok profil pahlawan olahraga (Ferry Sonneville)?




C.    Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat ditarik suatu tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
  1. Mengetahui definisi Kepahlawanan?
  2. Mengetahui definisi Olahraga?
  3. Mengetahui sosok profil pahlawan olahraga (Ferry Sonneville)?


PEMBAHASAN

A.    Kepahlawanan
Ini seseorang dapat disebut sebagai pahlawan apabila dia dengan segenap keikhlasan berkorban berusaha mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik. Dari definisi ini, kita melihat ada dua kata kunci, yang pertama yaitu keikhlasan berkorban dan yang kedua mengubah keadaan menjadi lebih baik. Dari kedua kunci ini, arti pahlawan menjadi lebih luas sehingga setiap orang bisa disebut pahlawan.
Kata kunci dalam kepahlawanan antara lain, pertama keikhlasan berkorban mencakup beberapa hal. Pengorbanan seorang pahlawan tidak selalu identik dengan pengorbanan harta atau nyawa yang dilakukan oleh para pahlawan perjuangan kita mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih baik yaitu kehidupan yang merdeka. Seorang pelajar yang giat belajar saja sudah dapat disebut sebagai pahlawan karena dia telah berkorban waktu keluar dari zona kenyamanan dia untuk bersantai-santai dan bermain ke zona ketidaknyamanan mengerutkan kening mempelajari setiap pelajaran. Seorang pelajar yang giat belajar tersebut juga berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik karena dengan belajar karena dengan ilmunya kelak dia dapat mengubah takdir dirinya, keluarganya, bahkan bangsanya menjadi lebih baik.
Seorang jaksa juga bisa disebut sebagai pahlawan apabila dia menolak disuap untuk memenangkan suatu perkara peradilan. Sebaliknya dia akan disebut sebagai pengkhianat apabila menerima suap tersebut. Bukan perkara mudah untuk menolak suatu suap. Butuh iman yang sangat kuat untuk menolak uang miliaran rupiah yang besarnya jauh berkali-kali lipat dari gaji yang diterima tiap bulan. Dengan penuh ketekadan untuk selalu berbuat adil dan menganggap suap adalah perbuatan yang merugikan banyak orang. Dengan begitu mudahnya seseorang menjadi seorang pahlawan ini hendaknya menjadikan setiap elemen bangsa kita berlomba -lomba untuk menjadi seorang pahlawan.
Jadi dapat disimpulkan Pahlawan adalah seorang yang dengan segenap keikhlasan hati berkorban berusaha mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik.

B.     Definisi Olahraga
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980)  yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).
Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik;  a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.
Arti olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.

C.    Pahlawan Olahraga (Ferry Sonneville)
Seseorang dapat dikatakan sebagai pahlawan dalam olahraga jika orang tersebut dapat menjunjung tinggi nama klub ataupun Negara yang dibelanya dengan pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya. Selain itu seseorang dpat dikatakan sebagai pahlawan jika orang tersebut sudah mendapat pengakuan dari masyarakat atas jasanya.
Ferry Sonneville, ‘pahlawan’ tiga kali meraih Piala Thomas  Pebulu tangkis Indonesia di era 1950 hingga 1960-an ini pantas disebut sebagai pahlawan olahraga Indonesia. Pria kelahiran Jakarta 3 Januari 1931 ini, gigih berjuang demi kejayaan olahraga Indonesia. Ia ikut mendirikan PB PBSI (1951), ikut mendirikan KONI (1966), Ketua Umum KONI (1970), anggota Pengurus Asian Games Federation Council (1970), Chef de Mission kontingen Indonesia ke olimpiade (1971), Presiden International Federation Badminton/IBF (1971-1974), dan Ketua Umum PBSI (1981-1985).
Semasa mudanya, bahkan ia rela mengorbankan kuliahnya di Amerika untuk memperkuat tim Indonesia meraih Piala Thomas pertama kali pada 1958. Ia ikut berjuang dan berjaya merebut dan mempertahankan Piala Thomas tiga kali berturut-turut 1958, 1961 dan 1964. Ia menjadi Kapten bermain/Pelatih Indonesia (1958, 1961 dan 1964).
Pada saat merebut Piala Thomas pertama kali, Tim Indonesia yang diperkuat Ferry Sonneville, Tan Joe Hok, Eddy Yoesoef, Nyoo Kim Bie, Tan King Gwan, Lie Po Djian, dan Olich Solihin tampil menggemparkan ketika membabat sang juara bertahan Malaya, 6-3 di final. Selain dalam beregu, Ferry yang memiliki rambut putih sejak usia 19 tahun, itu juga mengukir prestasi di nomor perseorangan, dengan menjuarai Belanda Terbuka (1955-1961), Glasgow (1957), Prancis Terbuka (1959-1960), Kanada (1962), serta runner up All England (1959) dikalahkan Tan Joe Hok di final.
Kesenangannya pada dunia olahraga mengalir dari darah kedua orang tuanya. Ayahnya, Dirk Jan Sonneville adalah jago olah raga tenis sebelum Perang Dunia II. Ibunya, Leonij Elisabeth Hubeek adalah juara bulu tangkis antara tahun 1935-1945. Ia seorang tokoh olahraga Indonesia yang hidupnya lengkap. Selain hebat sebagai pemain bulu tangkis, juga sukses di bidang studinya, gemilang ketika memegang pucuk pemimpin organisasi olahraga, pemimpin akademi, maupun pemimpin organisasi pengusaha. Ferry yang terlahir dengan nama Ferdinand Alexander Sonneville, ini tidak hanya andal sebagai pemain, Ferry juga andal dalam berorganisasi. Ia orang Indonesia pertama menjabat Presiden Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) untuk tiga kali masa jabatan tahun 1972-1975. bahkan di dalam negeri, Ferry bersama Sudirman, Ramli Rikin, Sumantri, dan kawan-kawan, yang mendirikan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) tahun 1951. Kemudian, ia menjabat Ketua Umum PB PBSI periode 1981-1985.
Alumni Erasmus University, Belanda, ini saat menjabat Ketua Umum PBSI dikenal sebagai pemimpin yang sangat akomodatif dan mampu melakukan pendekatan-pendekatan personal kepada para pemain. Setidaknya hal ini tercermin dari pengakuan Icuk Sugiarto, juara dunia bulu tangkis 1983. Icuk mengatakan, "Beliau selain bertindak sebagai ketua umum, juga mampu bertindak sebagai bapak. Beliaulah yang mengantarkan saya menjadi juara dunia 1983." Ferry yang dikenal sebagai seorang yang ulet dan suka tantangan ini juga aktif dan sukses di semua bidang yang didumulinya. Saat Ferry menjadi karyawan Bank Indonesia di Amsterdam (1964), ia merintis lahirnya International Governmental Group on Indonesia (IGGI). Ketika itu, ia mengusulkan kepada Pemerintah RI untuk mengundang Prof Jan Tinbergen, ekonom kondang Belanda dengan reputasi internasional.
Di bidang usaha, Ferry sempat pula membangun perusahan di bidang pariwisata yakni, Vayatour. Perusahaan itu didirikan pertama kali oleh kakak beradik dr. Hoksono Haditono dan (alm) Prakasito Hadisusanto. Perusahaan ini didirikan dengan maksud mendukung animo masyarakat yang pada waktu itu sangat antusias pada tim bulutangkis Indonesia. Usaha utama yang dilakukan saat itu adalah menangani acara perjalanan ke luar negeri dalam kaitannya menampung animo pendukung tim bulutangkis Indonesia. Di bidang usaha properti, ia juga sukses. Ia ikut terlibat di berbagai perusahaan yang membangun perumahan, kawasan komersial, perkantoran, pengembangan industi dan pusat rekreasi. Dia adalah Chairman Executive Board pada PT. Lippo Cikarang, yang mengembangkan kota baru di Cikarang, Bekasi. Ia juga pemilik perusahaan PT. Ferry Sonneville & Co yang antara lain mengembangkan perumahan Feery Sonneville di Bukit Sentul. Ia pernah menjabat Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) periode 1986-1989, dan Presiden dan Anggota Executive Committee Federasi Realestat Internasional (FIABCI) sejak 1989.  
Pada tahun terakhir, pemegang bintang jasa kelas III dari Presiden (pertama) Bung Karno (1964), ini berniat menulis buku otobiografinya, tetapi tak kesampaian." Menurut Cynthia Givendolyn (45), anak bungsu dari tiga anak almarhum, di sela-sela menerima pelayat di rumah duka, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Slipi, Jakarta Barat, 20/11/03, penulisan buku itu mudah-mudah dapat mereka lanjutkan. Ferry adalah sosok manusia bersahaja yang bergaul secara global. Ia sembilan tahun menetap di Rotterdam, Belanda, sejak tahun 1955. “Ia berdarah Belanda, Cina, dan Indonesia, tetapi nasionalismenya tak diragukan.," kata Tan Joe Hok, pebulu tangkis Indonesia pertama menjuarai turnamen paling bergengsi di bulu tangkis dunia, All England, tahun 1959, dengan mengalahkan Ferry Sonneville di final.  Ferry menikah dengan Yvonne Theresia de Wit September 1954, dan dikaruniai tiga anak. Pada akhir hayatnya, ia mempunyai dua cucu dari anak keduanya, Genia Theresia, yang kini bermukim di Hongkong. Anak sulungnya, Ferdinand Rudy, sudah terlebih dulu meninggal di London, Inggris, tahun 1976, ketika masih berusia 21 tahun.
Ia dididik dalam keluarga bersahaja dan mandiri. Lingkungan keluarga ini membentuknya memiliki kemandirian dan kegigihan berusaha. Karier olahraga dimulai bukan pada bulu tangkis, melainkan olahraga bela diri Jiujitsu. Bahkan ia sempat mejadi pelatih olahraga tersebut pada 1949-1955 dan sempat menjadi orang yang turut membangun Persatuan Judo Seluruh Indonesia. Anak didiknya di antaranya adalah Faisal Abda'oe (mantan Dirut Pertamina), Marsekal R. Oetomo (Mantan KSAU), dan Ahmad Bakrie (pendiri Bakrie & Brothers). Ketika perkembangan bulutangkis di Indonesia mulai bangkit pada tahun tersebut, ia pun ikut bergabung. Setelah lulus dari sekolah di Jakarta, ia melanjutkan studi ke sekolah ekonomi Erasmus University di Rotterdam, Belanda. (1955-1965) dan sempat bekerja di Bank Indonesia cabang Rotterdam. Kendati sudah bekerja, Ferry tidak sepenuhnya meninggalkan dunia bulutangkis. Bahkan pimpinan di kantornya malah menyuruh Ferry berlatih bulutangkis dan bergabung dalam tim Piala Thomas Indonesia.
Di bidang pendidikan ia adalah Perintis Yayasan Trisakti mewakili Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa (LPKB), pendiri Himpunan Pembina Perguruan Tinggi Swasta (HIPPERTIS), pendiri Asosiasi Perguruan Tinggi Katholik Indoneisa (APTIK), Warga Utama dan Anggota Yayasan Atma Jaya, Anggota Yayasan Fatmawati, Anggota Yayasan Bhakti Medika dan Anggota berbagai lembaga kesejahteraan sosial seperti Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC), Yayasan Gedung Arsip Nasional, Forum Indonesia Nederland (FINED), dll. Di dunia internasional dia juga dikenal ketokohannya antara lain sebagai Presiden FIABCI (1995-1996), Presiden International Badminton Federation (1971-1974) dan Chairman Advisory Council of International Executive Corps for Indonesia (1981-1997).
Pemerintah Indonesia menghargai semua karya dan jasa kepada bangsa dan negara itu antara lain dalam bentuk penganugerahan Satya Lencana Kebudayaan (1961), Tanda Jasa Bintang RI Kelas II (1964). Dari masyarakat internasional dia menerima ”Knighthood” dari Gereja Katolik Roma (1972) dan FIABCI Medal of Honour, Melbourne (1988).
Dari sejarah Ferry diatas, terlihat jelas bahwa Ferry telah menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa dengan prestasi yang diraihnya, dan juga telah diakui oleh masyarakat jika beliau memang besar jasanya bagi bangsa dan Negara. Oleh sebab itu Ferry telah memenuhi kriteria untuk mendapatkan gelar “pahlawan olahraga”.






PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pahlawan adalah seorang yang dengan segenap keikhlasan hati berkorban berusaha mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik.  Aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya
Dalam pertandingan olahraga seseorang pemain bisa saja disebut sebagai pahlawan, apabila dia bisa memenangkan pertandingan tersebut dengan usaha dan pengorbanan sendiri serta memperoleh pencapaian hasil yang meksimal (juara).

B.     SARAN
Untuk pemerintah  diharapkan lebih memperhatikan nasib dari pahlawan olahraga setelah mereka pension dari dunia oahraga, karena banyak sekali nasib-nasib pahlawan olahraga Indonesia yang sangat memprihatinkan dikala mereka pensiun dari dunia yang digeluti sebelumnya. Salah satu contohnya adaa Ellias Picall pahlawan olahraga Indonesia dibidang tinju yang pernah meraih juara dunia kelas bulu, sekarang tertangkap polisi karena menjadi pengedar narkoba. Parahnya profesi yang dijalani sekarang itu dilatar belakangi oleh rumahnya yang disita oleh pihak pengadilan karena terbelit masalah hutang. Potret yang demikian hendaknya perlu diperhatikan oleh pemerintah agar atlet yang pernah menjadi “pahlawan” terjamin hidupnya pada masa tua kelaknya.










DAFTAR RUJUKAN

-------. 2006. Pahlawan Olahraga dari Bumi Indonsia. (Online), (http://anak-negeri.blogspot.com/2006/12/pahlawan-olahraga-dari-bumi-indonesia.html, diakses pada 03 April 2009).
-------. 2009. Pahlawan Olahraga Indonesia. (Online), (http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/f/ferry-sonneville/index.shtml, diakses pada 03 April 2009).
Dwicahyo. 2008. Penjas, Olahraga, atau Bermain Ya?. (Online), (http://onopirododo.wordpress.com/2008/11/14/pendidikan-jasmani-olahraga-atau-bermain-ya/, diakses pada 03April 2009).
Rakhim, Angga Aulia. 2007. Definisi Olahraga??. (Online), (http://anggaauliarachim.wordpress.com/2007/10/24/23/, diakses pada 03 April 2009).
Sismoro, Heri. 2007. Kepahlawanan. (Online), (http://jurnalistik.amikom.info/?p=66, diakses pada 03 April 2009).

4 komentar:

Unknown mengatakan... 5 Desember 2012 pukul 12.46

lanjutkan....

Unknown mengatakan... 5 Desember 2012 pukul 13.38

latarx kok jelek ya..tapi kalo puguuuuuuuh buatin untuk saya pasti punya puguh jdi bagus...

Unknown mengatakan... 5 Desember 2012 pukul 14.09

hahahahahah wani piro?????

Unknown mengatakan... 7 Desember 2012 pukul 06.36

enak,,,,

Posting Komentar

Jumlah Pengunjung

Sponsors

Copyright © 2011 PENJASORKES bukan dikjasor !!!!

Template N2y Shadow By Nano Yulianto