header

0

Pengelolaan Kelas Penjasorkes

|


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Penulisan
Pada hakekatnya tujuan pengajaran adalah adannya perubahan perilaku siswa baik bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor yang diharapkan terjadi setelah proses pengajaran berakhir. Kegiatan belajar mengajar merupakan dua kegiatan yang saling kait-mengkait atau berinteraksi yang ditujukan demi kepentingan siswa.
Tugas guru cukup sulit dan kompleks untuk member kemudahan belajar kepada siswa. hal ini dikarenakan adanya karakteristik siswa seperti latar belakang  ekonomi, sikap, minat, harapan, kebutuhan, intelektual dan lain-lainya, sehingga untuk melaksanakan peran sebagai fasilitator yang baik dibutuhkan seorang guru yang memiliki pemahaman mengenai siswa didik.
Dalam kelas pembelajaran kita sering menjumpai suatu masalah yang sangat krusial sekali, dan yang harus diperhatikan oleh seorang guru ketika ada anak yang bermasalah dalam kelas adalah mengembalikan seketika itu juga kondisi kelas yang bermasalah agar tidak mengganggu proses pembelajaran, seorang guru harus bisa mengambil suatu tindakan cepat terhadap anak yang bermasalah untuk dikembalikan seperti semula agar tidak mengganggu proses belajar mengajar dan proses belajar mengajar berjalan dengan seperti yang diharapkan.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penullisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.                   Bagaimana Definisi Belajar dan Mengajar Olahraga?
2.         Bagaiman Peran dan Fungsi Guru dalam Proses Belajar Mengajar Olahraga?
3.                   Bagaiman Peran Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Olahraga?

C.   Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah penulisan diatas maka makalah ini bertujuan, sebagai berikut:
1.                   Mengetahui Definisi Belajar dan Mengajar Olahraga
2.         Mengetahui Peran dan Funngsi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Olahraga
3.                   Mengetahui peran Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Olahraga






















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi Belajar dan Mengajar Olahraga
Definisi belajar telah dikemukakan oleh beberapa tokoh. Menurut Skinner, belajar adalah suatu perilaku yaitu pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik, sebaliknya bila dia tidak belajar maka responya menurun. Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Menurut pandangan Piaget, proses belajar ada tiga fase yaitu fase eksplorasi,pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa akibat dari latihan dan pengalama.
Sedangkan mengajar adalah suatu usaha yang sengaja dan terencana untuk menata lingkungan sehingga terjadi proses belajar mengajar pada diri sendiri siswa. Suatu usaha itu berhasil bila usaha itu dapat mangakibatkan siswa belajar
Dari definisi diatas maka Belajar dan Mengajar Olahraga adalah suatu proses transfer mengenai pengetahuan olahraga oleh guru/pengajar kepada siswa/pebelajar yang dilakukan secara sengaja, yang mana setelah proses belajar mengajar ini diharapkan terjadi perubahan (lebih baik) pada diri siswa mengenai pengetahuanya tentang olahraga sehinnga bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri bahkan orang lain.

B.    Peran dan Fungsi Guru dalam Belajar Mengajar Olahraga
Guru berperan sebagai pengelola lingkungan dalam kelas dan kegiatan belajar siswa, atau lebih menekankan perananya sebagai pemberi kemudahan bagi siswa untuk belajar. Guru dapat dipandang sebagai fasilitator atau agen perubahan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan belajar siswa. Tugas guru bukan hanya berperan sebagai pemberi informasi atau pemantau perilaku siswa saja, namun lebih dari itu, dia berperan memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengembangkan potensi-potensi perilakunya kearah yang diharapkan tujuan pendidikan. Tidak terbatas hanya mengembangkan aspek intelektual siswa, namun proses belajar itu harus dapat pula mengembangkan aspek sikap, minat, keterampilan, gerak, penghargaan norma-norma keseluruhan pribadi siswa.
Tugas dan peran guru sebagai fasilitator tidak dapat dianggap ringan, apalagi bila dikaitkan dengan pertanggung jawaab moral yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu untuk menjadi guru yang baik dituntun suatu kompetensi tertentu dengan cirri-ciri yang menyangkut kualitas-kualitas fisik, mental emosional dan sosialnya.
Dalam pengelolaan kelas penjas, seorang guru harus mempunyai sebuah keterampilan yang lebih dalam mengelola kelas agar tercipta suatu pembelajaran yang efektif dan efisien, karena kelas dalam penjas tidak hanya kelas yang berupa ruangan tetapi juga kelas dilapangan yang tanpa dibatasi oleh ruang atau dinding kelas seperti dalam kelas ruangan, seorang guru penjas harus memiliki sebuah ketemilan dan ketegasan serta ide-ide yang kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam kelas tersebut.
Sehubungan dengan tugas –tugas seorang guru tersebut, Heitmann dan Kneer (1976:62) menjelaskan bahwa karakteristik guru yang berperan sebagai fasilitator adalah sebagai berikut:
Ø Mempunyai kepribadian yang baik
Ø Mempunyai kesehatan yang baik
Ø Mampu sebagai pemimpin
Ø Memiliki sikap professional
Ø Menarik dan berwibawa
Ø Terampil dalam bidangnya
Ø Intelijen (intelligence)

Kedudukan guru dalam kelompok masyarakat sekolah bukan hanya sebagai anggota biasa, akan tetapi mempunyai berbagai peran yang dominan dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan sekolah. Untuk menjadi guru yang baik harus mempunyai cukup banyak prasyarat yang memungkinkan segala perannya dapat dilaksanakan secara efektif. Nasution (1982:12-17) mengemukakan sepuluh prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik, yaitu:
Ø Memahami dan menghormati murid
Ø Menghormati bahan pelajaran yang diberikan
Ø Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran
Ø Menyesuaikan behan pelajaran dengan kesanggupan individu
Ø Mengaktifkan murid dalam hal belajar
Ø Member pengertian dan bukan hanya kata-kata
Ø Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid
Ø Mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikan
Ø Tidak terikat oleh satu buku teks
Ø Tidak memberikan pengetahuan saja melainkan senantiasa membentuk pribadi siswa

Baik ketika mengajar didalam kelas, maupun mengajar diluar kelas (belajar gerak) seorang guru juga harus memperhatiakan hal-hal yang berkaitan dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan fase-fase belajar gerak dan agar suatu proses pengajaran (praktek) mencapai tujuan yang diharapkan, maka seorang guru olah raga hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Ø Sebelum pelajaran dimulai berikan dorongan atau motivasi kepada para siswa atau anak yang akan belajar gerak, agar mereka ingin atau berminat untuk menguasai, mengetahui, memahami suati keterampilan atau gerakan/teknik dasar yang diajarkan
Ø Pelihara perhatian atau konsentrasi anak diarahkan kepada pelajaran yang disajikan
Ø Bahan-bahab pelajaran atau gerakan-gerakan ang akan diajarkan hendaknya didahului dengan penjelasan secara singkat dan benar. Selanjutnya berikan contoh
Ø gerakan atau tunjukkan gerakan yang benar atau dengan kata lain demonstrasikan gerakan tersebut dengan baik dan benar.
Ø Pada saat mereka melakukan latihan (practice) guru harus mengawasi mereka secara ketat, dan langsung mengoreksi anak-anak yang melakukan gerakan salah. Berikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk melakukan latihan dan pengulangan gerakan yang diajarkan sesuai dengan waktu yang tersedia.
Ø Guru harus mampu menganalisa gerakan yang diajarkan secara tepat dan benar. Hal ini penting, karena tanpa memahami gerakan yang benar, maka ia akan sukar atau kemungkinan tidak akan dapat mengoreksi atau memperbaiki gerakan yang salah yang dilakukan oleh murid-muridnya.

Apabila dalam suatu proses pembelajaran, seorang guru tidak bias memberikan  contoh yang baik atau kurang mampu melakukan gerakan dengan baik, dapat menggunakan cara sebagai berikut:
Ø Menggunakan alat-alat bantu, misalnya: gambar, foto, film, slide dan sebagainya
Ø Menggunakan seorang anak yang telah menguasai gerakan. Hal ini terpaksa dilakukan apabila cara-cara lain tidak dapat dilakukan. Namun sebaiknya guru sebelumnya telah mencoba dan mempelajari dan bahkan urutelah menguasai gerakan yang akan diajarkan tersebut. Ketika mendemonstrasikan gerakan hendaknya dilakukan dengan baik dan benar, guru berada pada posisi yang tepat, sehingga setiap anak dapat mengamati atau melihat gerakan yang dipertunjukkan dengan baik

Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktorfaktor penentu kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
Ø Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, ketermpilan dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan.
Ø Karateristik mata pelajaran/bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan dan cara mempelajarinya.
Ø Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin dan yang lainya.
Ø Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan dan yang lainya.
Ø Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaanya, pengalaman kependidikanya dan yang lainya.

C.   Peran Siswa dalam Belajar Mengajar Olahraga
Peran siswa dalam proses belajar mengajar penjas adalah belajar bahan pelajaran melalui berbagai kegiatan belajara mengajar yang merancang secara sengaja dan terencana, sehingga timbul perubahan-perubahan perilaku yang sesuai dengan apa yang diharapkan tujuan pengajaran dan kebutuhan siswa itu sendiri. Menurut Gagne (1977), perubahan perilaku itu terjadi akibat dari dalam diri siswa menerima segala perubahan perilaku yang diharapkan terjadi dalam dirinya, sedangkan factor dari luar berkaitan dengan lingkungan siswa yang dapat merangsang, menunjang dan memperlancar proses belajar siswa. interaksi siswa dengan lingkungan belajar akan membuahkan pengalaman dan dari pengalaman itulah siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap positif yang mencerminkan perubahan perilakunya.
Proses belajar gerak lebih menekankan unsur keterampilan atau psikomotor, namun demikian tidak mengabaikan unsure kognitif dan afektif. Titik beratnya saja yang lebih menonjol pada aspek psikomotor, dan ketiga unsure kemampuan itu tetap tidak dapat dipisah-pisahkan. Disini jelas bahwa peran dan fungsi siswa dalam proses belajar mengajar gerak adalah belajar berbagai keterampilan gerak sehingga seorang individu maupun sebagai anggota  kelompok, kearah pembentukan pribadi yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan siswa itu sendiri.
Untuk meningkatkan perananya siswa harus aktif belajar keterampilan gerak yang ditekuninya dengan berbagai kegiatan. Seperti mendengar, dan memperhatikan petunjuk-petunjuk, mengobervasi pola gerak dengan segala konsepsinya, memperhatikan peragaan mengenai teknik gerak, menganalisis gerak dan dan mencoba menerapkan konsep gerak sesuai dengan pemahamanya, melatih setiap gerakan dan menngoreksi kesalahn-kesalahan gerak yang terjadi, mencari dan menemukan teknik-teknik gerak yang benar, dan sebagainya sehingga siswa yang bersangkutan mencapai suatu tahap otomatisasi garak yang mencerminkan tingkat penguasaan keterampilan garak yang dituntut oleh tujuan pengajaran.
Jika dikaji lebih jauh, pada diri seorang siswa dalam fase atau tahap belajar geraknya meliputi tiga tahapan utama yaitu:
Ø Tahap kognitif, yaitu berkaitan dengan konsep-konsep gerakan yang diajarkan di pusat pemrosesan informasi (susunan syaraf pusat/otak) akibat adanya data penginderaan terhadap gerakan-gerakan dan petunjuk-petunjuk yang diterimanya
Ø Tahap fiksaki, yaitu mencoba untuk mengekspresikan konsep-konsep gerakanyang telah ditangkap dan atau dipahami melalui berbagai gerakan yang telah ditangkap dan atau dipahami melalui berbagai gerakan nyata dan berulang-ulang denga teratur, sambil meningkatkan kesempurnaan dari setiap gerakan
Ø Tahap otomatisasi, yaitu suatu fase dimana siswa telah mennguasai secara baik setiap gerakan yang diajarkan.

Dalam proses kegitan belajar mengajar seorang siswa berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor terhadap lingkungkunganya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar olahraga kemampuan psikomotor sangat diperlukan karena berhubungan dengan praktek nyata apakah seorang siswa tersebut mampu menerima apa yang diberikan oleh guru. Menurut Simson (Taksonomi Bloom), ranah psikomotor itu terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu:
Ø Persepsi, yaitu kemampuan memilah-milah (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut
Ø Kesiapan, yaitu kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
Ø Gerakan terbimbing, yaitu kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan.
Ø Gerakan yang terbiasa, yaitu kemampuan melkukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
Ø Gerakan kompleks, yaitu kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancer, efisien dan tepat.
Ø Penyesuaian pola gerakan, yaitu kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang berlaku.
Ø Kreativitas, kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang berangkai. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan fase-fase dalam proses belajar motorik/gerak dan yang harus diterapkan oleh siswa pada proses pembelajaran olahraga.























BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Peran dan fungsi guru serta siswa dalam proses balajar mengajar sangat erat hubunganya dan satu sama lain saling menentukan keberhasilan tugas yang diperankan masing-masing.
Dalam pross belajar mengajar tedapat dua kegiatan yang saling berinteraksi dan saling kait mengkait, yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Mengajar dapat diartikan sebagai suatu usaha yang bertujuan, terencana dan disengaja untuk menata lingkungan siswa sehingga tercipta suatu kondisi yang bermakna bagi siswa untuk belajar.
Penataan lingkungan belajar siswa menjadi tanggung jawab guru, sehingga untuk menunaikan tugasnya itu dia harus membekali dengan berbagai kemampuan yang mencakuap pengetahuan dan keterampilan dibidangnya, kemampuan teknik keguruan, dan kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan para siswanya.
Dalam proses belajar keterampilan gerak atau olahraga terdapat tiga fase kegiatan yang saling berhubungan secara erat, yaitu fase kognitif, fase fiksasi dan fase otomatisasi. Fase kognitif berkaitan dengan pemahaman konsep-konsep gerak yang sedang dipelajari. Fase fiksasi berkaitan dengan fase penerapan konsep gerak yang diplajari. Fase otomatisasi berkaitan dengan dimana siswa telah menguasai keterampilan gerak tertentu yang diajarkan sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi dalam proses belajar mengajar gerak terjadi hubungan antara peran guru dan peran siswa, yang terwujud dalam interaksi edukatif yang bermakna.

B.    Saran
Untuk Guru:
·           Sebagai seorang guru hendaknya mampu mengolah kelasnya secara kreatif, sehingga siswa tidak bosan terhadap apa yang disampaikan
·           Memberikan materi sesuai dengan apa yang akan dipelajari/tujuan dan bermanfaat untuk para muridnya
·           Mampu memanfaatkan peranya sebagai guru dengan baik
Untuk siswa:
·           Bisa bekerjasama dengan guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik
·           Mematuhi apa yang diperintahkan oleh guru, selama tidak menyimpang dari proses pembelajaran itu
























DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Yunus, Mahmud.1992. Pengelolaan Kelas Dalam Pengajaran Olah Raga.        Malang: Depdikbud.



























Baca selengkapnya »

0 komentar:

Posting Komentar

Jumlah Pengunjung

Sponsors

Copyright © 2011 PENJASORKES bukan dikjasor !!!!

Template N2y Shadow By Nano Yulianto